Tak harus menunggu harta melimpah
untuk bisa berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Begitulah kiranya prinsip
hidup yang dipegang dengan teguh oleh Pak Joko. Bermodalkan pendapatannya yang
tentu saja tak banyak sebagai seorang sopir panggilan, sebuah panti asuhan
didirikannya. Pak Joko adalah bukti bahwa keikhlasan berbagi tak bisa diukur
dari banyaknya materi.
Hidup Baru Joko Seusai Kerusuhan 1998
Kerusuhan yang terjadi pada tahun
1998, merupakan awal dari lika-liku hidup Joko dalam merawat puluhan anak
asuhnya. Pria asal Malang yang memilih untuk mencari kerja di ibukota ini,
bertemu dengan dua orang anak yang terlantar karena ditinggalkan oleh orang
tuanya di Pasar Minggu. Hati Joko tergerak untuk membantu dua anak tersebut. Ia
pun membawanya pulang dan mulai mengasuhnya.
Sejak saat itu, pria yang sekarang
genap berumur 53 tahun ini, mulai merawat anak asuh yang makin lama makin
banyak jumlahnya. Pada tahun 2002, ada sebanyak 15 anak kurang mampu yang ia
tampung dan asuh seperti anak sendiri. Joko menyediakan kamar yang saat itu
terbuat dari bedeng, untuk menampung anak-anak yatim dan dhuafa tersebut.
Harapan Joko hanya satu kepada
anak-anak yang dirawatnya, agar mereka nantinya bisa mandiri, bekerja
menghasilkan uang dan tak bergantung pada orang lain. Joko menyadari agar
anak-anak asuhnya tersebut bisa mandiri, mereka harus sekolah. Joko sendiri tak
mau merawat anak asuhnya, jika mereka tak memiliki keinginan untuk bersekolah.
Hidupi Puluhan Anak Asuh dengan Pendapatan Sebagai Sopir
Bukanlah hal mudah bagi Joko untuk
menghidupi anak-anak asuhnya, khususnya di awal aktivitas mulianya ini. Dana
untuk merawat anak-anak asuhnya tersebut ia dapatkan dari pekerjaannya sebagai
sopir. Pada pagi hari, ia menjemput anak-anak TK, sedangkan di siang dan malam
harinya, ia menjemput anak-anak SMP. Pendapatannya pun dibagi dua, untuk
sekolah dan biaya hidup hariannya.
Pendapatan sebagai sopir, tentu saja
kurang untuk mencukupi kebutuhan semua anak-anak asuhnya. Bahkan, pada tahun
2007, Joko dan istrinya memutuskan menggadaikan cincin nikah mereka untuk
mencukupi kebutuhan. Cincin nikah yang sampai sekarang tak bisa mereka tebus,
karena telah keburu hilang akibat lamanya waktu menggadaikan.
Bangun Yayasan Benih Kebajikan Nusantara Al-Hasyim
Makin lama, makin banyak orang yang
sadar akan kebaikan yang dilakukan oleh Joko dan istrinya. Tak heran, jika
bantuan pun mulai datang dari sana dan sini. Terbangunnya Yayasan Benih
Kebajikan Nusantara Al-Hasyim pada tahun 2013 pun, tak lepas dari bantuan pada
donatur tersebut. Hutang untuk mendirikan yayasan ini yang sebesar 200 juta
pun, sedikit demi sedikit bisa dilunasi.
Hingga pada tahun 2019 silam, ada 36
anak asuh, baik perempuan dan laki-laki yang ditampung Joko di yayasan
tersebut. Selain disekolahkan, anak-anak tersebut juga diajarkan memasak,
mencuci baju, menjaga warung, semata-mata agar mereka mandiri nantinya. Joko
dengan kesederhanaan dirinya, mengajarkan kalau tak perlu menunggu kaya untuk
melakukan kebaikan.
Apresiasi Terbaik bagi Joko, Sopir yang Berhati Mulia
Tak mudah untuk menjadi seperti Joko,
butuh ketulusan hati untuk membantu orang lain saat diri sendiri sedang
mengalami kesulitan hidup. Makanya, sangatlah pantas jika perbuatan Joko
diberikan apresiasi terbaik, seperti kesempatan umroh gratis lewat kampanye
#AwaliDenganKebaikan dari Allianz.
Lewat kampanye #AwaliDenganKebaikan, Allianz sebagai penyedia asuransi syariah Indonesia yang terkemuka, mengajak setiap lapisan masyarakat untuk berbuat baik kepada sesama. Sekecil apapun itu, pasti akan membantu orang yang membutuhkan. Sama halnya seperti produk asuransi syariah Allianz, yang memberikan kebaikan berupa perlindungan seumur hidup bagi Anda.
0 komentar:
Posting Komentar